Kamis, 22 Juni 2017

puisi

Pengakuan Angin ----------------------------- Imro'atus Sholehah Saat pengakuan terlisankan, apa yang terjadi? Dan lagi, semesta membisu. Mungkin kau tak tahu bagaimana bisa sepercik kata tercecer tak terbendung lagi Hanya seorang berani lah yang mau memunguti. Tidak! Lepaskan dekap dustamu! Biarkan semua nyata tanpa sekap menggema. Hanya angin... Tinggalkanlah semua. Pergilah ke utara dan ajaklah kesejukan bersamamu. Biar kucicipi kegersangan yang indah disini bersama sekelebat rindu. Sebuah pengakuan lara bersembunyi diantara getirnya bibir mengembang seorang penyair amatiran. Suka pun engkau wahai penerima buai angin, aku tak peduli! Akan kuumbar sebutir gembiraku diatas sana. Diatas sebuah bukit tanpa pohon, tanpa rumput, tanpa mata air. Gersang... Hanya ada aku dan angin. Selayaknya mutiara disandingkan kelereng, kau berbeda, kau indah. Pahit lidah mengucap adanya. Tapi begitulah angin bercerita. Ah sudahlah... Usah kau ikuti aku! Aku tak akan kesana. Lisan ku sudah mengakui, kaulah pengakuan itu... Jambi, 1 Juli 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar